Minggu, 12 Oktober 2014

Globalisasi

Assalamu'alaikum.

Halo!
Lama gak nulis nih.

Terakhir nulis itu.. 12 Agustus. Belum kuliah.
Sekarang gimana udah kuliah, enak? Hmm enak, Alhamdulillah.
Kan kuliah di swasta sekarang, kalau ditanya "tahun depan mau coba lagi gak tes PTN?", jawabannya 'nggak'! Kenapa? Kenapa, hayo..
Sedikit cerita.. Sekarang kuliah di jurusan akuntansi, dan sebelumnya mau ngambil teknik.
Setelah menyelami kehidupan Fakultas Ekonomi selama hampir setengah semester ini (karena sebentar lagi UTS. Hahaha), rasanya nyaman nyaman aja. Dalam artian, masih bisa ngikutin. Gak ada kendala yang berarti sih, paling biasa, kayak tugas banyak, terus keteteran. Hahaha masalah manajemen waktu aja. Sama belajarnya juga kurang~ Lalala
Kalau dibandingin sama anak teknik yang di kampus sih, anak ekonomi, saya khususnya, nyantai nyantai aja. Kalau teknik kesannya berat, emang berat sih kayaknya, stigma itu sudah melekat sama anak terknik. Yang tugaslah, banyak praktik, pulangnya lama~ Untungnya saya tidak sampai merasakan itu.
Jadi kalau ada yang nanya lagi, jawabannya udah tau kan? Jalanin aja, lanjutin. Semangat!

Sedikit tentang akuntansi..
Dari akuntansi ini, sedikit banyak saya belajar tentang pola pikir. Ya, karena memang belajar ekonomi harus pakai logika. Kalau gak rasional, nanti timbul pertanyaan.. "loh, kok kayak gini?" atau "ini dapatnya dari mana?". Tapi belum tentu salah juga, mungkin kitanya yang emang dituntut berpikir lebih (panjang) atau think out of the box. Kayak belajar Makro tuh, harus dipirin kalau ngelakuin ini, apa imbasnya terhadap ini, terus jadinya nanti jadi begitu apa begini. Hahaha
Hmm pernah waktu belajar, dosen Matek (Matematika Ekonomi) bilang.. Waktu itu sih lagi belajar biasa, anak anak pada bingung tuh (biasa juga sih bingung mah kalau belajar Matek. Hahaha), terus ada yang nanya kenapa rumusnya begitu dan aplikasinya itu buat apa. Habis dosennya jelasin, doi cerita deh tentang kehidupan. Sampai ke suatu bagian yang saya gak bisa lupa.. Soalnya yang lain lupa. Heuheuheu
Pak dosennya bilang, "yaa jadi kayak hidup aja.. Ada orang yang ngomongnya itu normatif. Jadi, dia ngomongnya gimana baiknya. Harusnya begini, harusnya begitu.. Ada lagi yang positif. Kalau ngomong yaa sesuai dia aja. Kalau suka, bilang suka. Kalau nggak, bilang nggak.", kurang lebih begitu. Pak dosen ngomongnya sambil nyengir nyengir, gak senyum yaa. Senyum tapi agak nyindir, sarkas gitu. Gimana ya.. Gitulah pokoknya. Kayak orang yang ngomong, terus ngasih isyarat 'tau kan?', tapi gak ngomong (langsung). Apalah saya ini..
Nah, yang pak dosennya bilang itu dipelajarin di Mikro! Jadi, benar, yang normatif itu menjelaskan bagaimana keadaan perekonomian seharusnya, sedangkan yang positif itu menjelaskan keadaan perekonomian yang terjadi sekarang.

Jadi, sekarang saya coba terapkan ilmunya.
Yaa syukurlah, sekarang jadi bisa lebih melihat diri, pemikiran jadi lebih terbuka semenjak jadi anak ekonomi.
Hmm sebagai seseorang yang cenderung normatif, sekarang saya jadi tahu siapa yang harus saya cari.. Bukan siapa deh, lebih ke seperti apa. Itu juga bukan nyari deh kayaknya, lebih ke menemukan~
Kalau ketemunya sama yang normatif juga.. Saya yang plegmatis tapi agak di persimpangan dengan melankolis ini bisa jadi lebih dominan melankolisnya. Gak mau kan? Gak mau.. Heuheuheu sedih nanti, gampang goyang soalnya, jadi lebih gelap nanti rasanya dunia.
Hahaha nggak deh, lebay. Tergantung sih. Tergantung pembawaan nanti juga. Tapi kan buat gambaran aja. Hihi

Kembali ke judul!
Kenapa judulnya globalisasi? Hmm karena, ini berkat globalisasi. Maksudnya..
Iya, dulu kan yang namanya diari itu, atau catatan pribadi deh enaknya, dibuat untuk kita sendiri. Kalau dalam bahasa Jepang, istilahnya 'kokoro no tomo'. Yaa jadi kayak komunikasi dua arah, dan oleh dua pihak aja (kita, sebagai penulis sekaligus pembaca, dan si catatan sebagai pendegar, atau medianya). Meskipun pada akhirnya mungkin akan ada orang lain yang baca, tapi gak langsung diumbar seperti sekarang.
Dewasa ini, di era globalisasi, semua daily life kita itu langsung terpublikasi secara real time di dunia maya, baik itu sekedar tulisan yang agak panjang tapi jarang kayak di blog ataupun website, maupun di sosial media yang terkadang gak penting dan terkesan bukan konsumsi publik.
Sebenarnya saya gusar dengan keadaan sekarang. Bukan keadaan, keadaan tidak patut disalahkan, tapi yang menjalaninya. Rasa-rasanya esensi sebuah tulisan atau the power of words itu semakin pudar.
Saya coba ambil contoh. Orang zaman dulu, kalau berkomunikasi lewat tulisan itu tegas. Tulisan ya tulisan aja. Dan perasaannya itu tersampaikan, dalam artian yang membacanya juga mengerti.
Beda dengan sekarang.
Bukan berarti saya suka membanding-bandingkan, mbok yo namanya juga orang gusar. Hahaha
Kalau sekarang, kebanyakan, tulisan yang munculnya dari kaula muda kita itu kecenderungannya pasti ada embel embel sesuatu. Kayak misalnya pakai emoticon, atau ada ekspesi seperti ketawa atau nangis, dsb.
Saya kira, kalau masih dalam taraf wajar, itu gak masalah, dan terkadang malah perlu. Tapi kalau konteksnya seperti sms-an, chatting, atau berbalas obrolan sih rasanya tidak perlu.
Misalnya gini.. Kali ini si A sms, atau sms-anlah sama si B, datar datar aja, gak pakai emoticon, gak pakai ekspresi macam Hahaha atau wkwkwk gitu, pasti (kemungkinannya) si B akan berpikir kalau si A kenapa kenapa, soalnya gak biasanya kayak gini. Atau yang gak biasanya pakai embel embel begitu, tiba-tiba pakai kayak gitu dalam obrolannya. (itu sih mendingan yaa)
Kesannya kan emoticon dan ekspresi gitu dalam tulisan jadi tidak kontekstual, bahkan hanya formalitas, atau pelengkap dan gurauan, gak penting gitu. Supaya enak aja sama lawan bicara. Dan akhirnya hal hal seperti itulah yang memudarkan sense dari sebuah tulisan.
Sebagai seorang plegmatis-melankolis, saya cenderung lebih suka atau lebih menilai sesuatu yang atau secara implisit. Ribet banget.. Hahaha Jadi, kadang lebih suka melakukan sesuatu yang tersirat.
Ada salah satu situs yang menulis seperti ini..


Benar gak yah.. Hati-hati aja~


Balik lagi ke bahasan judul di awal.
Karena sekarang sudah era globalisasi, jadi, maafkan saya yang menuangkan catatan pribadi saya ke blog ini. Toh gak bakal ada yang baca~ Hahaha

Sekian.
Terima kasih banyak!


~Salam #DagingKhasDalam~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar